Amir Pasaribu
Amir Hamzah Pasaribu
Amir Hamzah Pasaribu merupakan musisi
Indonesia beliau lahir di Siborong-borong, Tapanuli
Utara, Sumatera Utara, 21 Mei 1915 – meninggal
di Medan,
Sumatera
Utara, 10 Februari 2010 pada umur 94 tahun.
Beliau dikenal dengan nama Amir Pasaribu.
Latar Belakang Keluarga
Pasaribu lahir di Siborong-borong, di sebuah kota kecil dekat
Haunatas, Laguboti,
Balige.
Bapaknya sebagai orang Tapanuli senang akan musik, dan memiliki sebuah orgel
pompa angin, dan Amir sejak kecil sudah terbiasa dengan orgel ini, ia sering
main-main orgel ini sebagai anak yang berbakat musik.
Pendidikan Umum
Amir mulai masuk sekolah HIS tahun 1921 di desa
Narumandu, namun tahun 1924 ia dikeluarkan karena sering keluar asrama cari
makanan di luar. Amir kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Raja Balige,
kemudian sekolah dasar ELS
milik misi Katolik, dan diteruskan ke HIS di Sibolga.
Ia mendapat pelajaran musik biola dan piano) dari Frater Paulus dan Frater
GustianusKemudian ia meneruskan sekolah Mulo di Tarutung, dan diselesaikan di Padang tahun 1931.
Tahun 1931 ia masuk sekolah guru HIK di Bandung dan lulus tahun 1934. Di HIK, sekolah memberi kesempatan kepada murid yang berbakat untuk belajar pada guru privat di luar sekolah.
Pendidikan Musik
Amir Pasaribu belajar piano dari Willy van Swerss dan Joan
Giessens. Pada masa revolusi Rusia, banyak guru musik Rusia yang datang ke P.
Jawa, dan kesempatan ini ia belajar cello kepada Nicolai Varvolomejeff. Dan
juga belajar komposisi pada James Zwaart.
Riwayat Pekerjaan
Setelah kemerdekaan, tahun 1954 - 1957 ia menjabat sebagai
direktur Sekolah Musik Indonesia (SMINDO) Yogyakarta, sekolah musik milik
pemerintah cikal bakal AMI dan ISI Yogyakarta. Banyak pemusik Indonesia yang
lulus dari SMINDO ini. Seorang anak bernama Sunaryo sering datang pada hari
Sabtu untuk melihat latihan Orkes SMINDO pimpinan Nicolai Varmolomeyeff, dan
Amir mengusir anak tersebut dari kampus.Usai itu, pada tahun 1957 - 1968 Amir diangkat sebagai Kepala B1-kursus jurusan Seni Suara; Lembaga Pendidikan Guru Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang kemudian ditingkatkan menjadi IKIP-UI (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Indonesia - kini Universitas Negeri Jakarta, Rawamangun, Jakarta.
Setelah pensiun, pada tahun 1968 – 1980 ia bekerja sebagai guru piano dan cello pada Pusat Kebudayaan Suriname (Cultureel Centrum Suriname), dan tahun 1980 - 1995 ia menjadi guru privat piano di Paramaribodan, di samping sebagai pemain cello Orkes Simfoni Paramaribo, Suriname.
Tahun 1995 ia kembali ke Indonesia, dan tinggal di Medan sebagai importir piano Petrof dari Czeko.
Akhir Hidupnya
Amir Pasaribu meninggal dunia pada
usia 94 tahun di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 10 Februari 2010.[1]
Curriculum vitae
- 1921 – 1933
sekolah dasar dan lanjutan di Sumatera Utara dan Tengah
(Tarutung/Sibolga/Padang)
- 1933 - 1935
sekolah guru HIK di Bandung
- 1942 - 1945
bekerja di bidang siaran radio pada zaman pendudukan Jepang
- 1945 - 1952
bekerja di bidang siaran radio NIROM (Nederlandsch-Indische Radio
Omroep), dan Orkes Studio Jakarta;
kemudian RRI
- 1952 - 1954
tugas belajar di Belanda untuk mempersiapkan pembukaan program pendidikan
musik di Indonesia
Penghargaan yang pernah didapat
- Pada tahun 2002AmirHamzah Pasaribu sempat mendapat penghargaan Bintang Budaya Parama Dharma oleh Presiden Megawati Soekarnoputri.
Berbagai jabatan yang pernah
disandang
- Guru piano di
Jakarta dan Paramaribo, Suriname
- Ketua Lembaga
Persahabatan Indonesia-Cekoslowakia
- Pengimpor piano
Petrof buatan Cekoslowakia
- Wirausaha
bengkel & reparasi piano serta transportasi
Publikasi
- Musik dan
Selingkar wilayahnya, Kem. PPK 1955
- Analisis Musik
Indonesia (PT Pantja Simpati 1986)
- Riwayat Musik
dan Musisi (Gunung Agung, 1953)
- Teori Singkat
Tulisan Musik (NV Noordhof-Kolff)
- Menudju
Apresiasi Musik (NV Noordhof-Kolff)
- Bernyanyi Kanon
(Balai Pustaka, Kem.PPK 1955)
- Lagu-lagu Lama
Solo Piano I (Balai Pustaka 1952)
- Lagu-lagu Lama
Solo Piano II (Balai Pustaka, 1958)
- Suka Menyanyi
(Indira, 1955)
- Tifa Totobuang
Karya
Musik untuk piano tunggal:- Capung
kecimpung di Cikapundung
- Rondino
Capriccioso
- 2 Sonata’s
- Petruk, Gareng
dan Bagong
- Rabanara dances
- Rabanara dances
no. 7
- Spielstuck
- Puisi Bagor
- Kesan
langgar(Impressie Langgar)
- Sampaniara no.
1 (Getek silam kali Ancol)
- 6 Variasi
Sriwijaya
- Bongkok’s
Bamboo-flute (Orpheus in de dessa)
- Indihyang
- Ball-dance of
the river-fish princess/Tari Ikan Putri
- Berceuse
- Suite
Villageoise
- La flute
d’un mendiant
- Lullaby
- Makam
Achmad Sutisno
- Beduk
Puasa
- Ole ole
melojo-lojo
- Variasi Es Lilin
- Maswika Lily
- Dua Resital
Violis
- Meditation
- Hikayat Mas
Klujur
- Sunrise at Yang
Tse,
- Dr. Sun Yat Sen
Memorial Hall,
- Hang
Tsu-Mountain and Creeks at Sundown,
- Express
Railroad Back Home
- Clair de Lune
- Andhika
Bhayangkari
- Piano &
biola ensemble di Paramaribo bersama Harry de la Fuënte
- Trio musik
gesek di Paramaribo
- Piano pengiring
untuk Paduan suara Maranatha di Paramaribo
- Piano pengiring
sekolah balet di Paramaribo
Oleh : Zainun
0 komentar:
Posting Komentar